Judul: No Place Like Home
Penulis: Alma Aridatha
Editor: @suci.amanda
Desain cover: Abdul Ghafur
Penerbit: Ikon
Penerbit: Ikon
Blurb:
Ganda tahu, kehidupan yang disebut sempurna tak sepenuhnya ada. Dia baru tahu siapa ayah kandungnya di usia sepuluh tahun. Sosok itu datang, mencoba mendekat, membuat ayah tiri yang juga disayanginya sedari kecil menjauh tanpa alasan yang pasti.
Ada banyak anak lain yang harus tumbuh tanpa orang tua di luar sana, tapi Ganda memiliki dua pasang orang tua sekaligus. Di saat anak-anak lain bias berdamai sekaligus menikmati ‘ketidakberuntungan’ yang ada dalam hidup mereka, Ganda justru merasa kosong di antara semua yang seharusnya pantas disebut ‘keberuntungan.’
Keinginan Ganda sederhana. Dia mencoba mengisi hal-hal yang hampa itu dengan mencari tempat berteduh—yang memang tersedia untuknya.
Yang kelak bias ia sebut rumah.
Meskipun, dia sendiri tidak sepenuhnya yakin.
No Place Like Home bercerita tentang Ganda--seorang remaja cowok yang selama sepuluh tahun tinggal sama ibu kandung dan ayah tirinya.
Baru setelah berumur sepuluh tahun, Ganda kenal dengan ayah kandungnya--Gio. Nah, awalnya, Ganda itu enggak mau nerima Gio, tapi lama-lama, dia jadi dekat sama Gio dan malah, di awal novel ini, dia memutuskan buat tinggal sama Gio dan sekolah di Jakarta, meninggalkan ibu dan ayah tirinya--Dhimas--di Bandung.
Nah loh, kenapa ya, si Ganda tiba-tiba minta pindah gitu...
Di Jakarta, ceritanya si Ganda ini tinggal bareng Gio dan Jess (istrinya Gio yang otomatis jadi mama tirinya Ganda). Dia pun juga punya dua adik dari keluarga Gio-Jess, yaitu Navisha dan Sakha.
Ganda itu model orang yang tertutup, jadi dia enggak punya banyak teman dekat. Tapi, begitu masuk SMA, dia malah ketemu sama Nadya--cewek bawel yang ngikutin dan gangguin Ganda ke mana-mana. Awalnya Ganda risi banget sama keberaaan Nadya, tapi lama-lama, dia justru dekat sama Nadya, dan ternyata... Nadya pun juga punya rahasia yang bikin dia dan Ganda punya kemiripan soal nasib.
Ganda juga punya beberapa masalah di sekolahnya. Salah satunya adalah, kakak kelas yang rese abis.
"Kalau bisa nggak cari ribut, jangan cari masalah. Tapi kalau emang kamu duluan yang diganggu, ya jangan diem aja. Bego itu namanya."
Tapi, bukan itu masalah utama Ganda di sini. Masalah utama yang dihadapi Ganda menurut saya adalah, dia pengin nyari keluarga di mana dia bisa merasa nyaman dan diterima. Dia udah 'kenyang' dinyinyirin mulu sama orang-orang dan dicap sebagai anak 'haram'.
"Pernah denger kan, kenapa Tuhan ngasih kita dua tangan?"
"Buat nutup telinga kita," jawab Ganda.
Dan... bagaimanakah akhirnya? Apakah Ganda bisa menemukan 'rumah'nya? Kenapa Ganda pergi dari Bandung? Dan bagaimana hubungan Ganda dengan Nadya....
Silakan dibaca sendiri yaa! HEHE. Sekarang, saya mau bahas bukunya.
Saya sukaaa banget buku ini. Awalnya, saya emang beli buku ini karena banyak yang bilang bukunya bagus, tapi saya belum menaruh harapan apa-apa sama buku ini
Dari awal saya baca, saya kayak keterusan pengin baca gitu. Bahasanya enak dan ngalir. Walaupun di awal saya cukup bosan, tapi tetap seru, kok!
Karakter-karakternya juga saya suka banget! Ganda yang cuek-cuek tapi sebenarnya menutupi kesedihannya, Nadya yang nyebelin, tukang makan, tapi juga punya kesedihan sendiri, Gio yang jail tapi perhatian, Jess yang galak abis, dan Tara (ibu kandung Ganda) yang sabar : " ).
"Sudah tidak terhitung berapa kali Ganda mendapati mamanya menangis diam-diam saat dia kecil. Namun, tidak pernah satu kali pun Tara melampiaskan emosi buruk kepadanya. Tara malah memeluknya dan berkata bahwa dia sangat menyayangi Ganda serta bersyukur atas keberadaannya. Mamanya adalah orang pertama dan satu-satunya yang menerimanya dengan baik sejak awal. Menyayanginya tanpa syarat, meskipun kehadirannya sudah menghancurkan hidup wanita itu."
Omong-omong, soal karakter-karakternya, saya rasa, Gio sama Jess di sini itu Gio-Jess yang di The Tied Series-nya Alma Aridatha. Waktu pertama kali baca nama Gio kemudian Jess saya langsung mikir, "Wow, ternyata dua serial ini nyambung!" (Iya, setahu saya NPLH ini bagian dari semacam serial gitu. Yang tokoh-tokohnya berkaitan.)
Dan yang saya sukaaa banget dari cerita ini adalah pesan moralnya! Banyak banget hal yang bisa diambil dari buku ini. Saya bahkan sampai nangis beneran waktu baca buku ini HEHE.
Salah satu pesan moralnya adalah, yaa, tentang masalah anak 'haram' itu.
"Aku tahu gimana nggak enaknya kena getah kelakuan jelek orangtua kita, padahal kita nggak salah apa-apa."
Kayak, kasihan anaknya yang sebenarnya enggak salah apa-apa tapi dapat 'cap' kayak gitu. Padahal kalau boleh milih, mana ada kan, orang yang pengin lahir dari kesalahan kayak yang dialami Ganda?
Dan pesan lainnya, tentu aja tentang keluarga. Apa pun yang dipikirin Ganda soal Dhimas, nyatanya, Dhimas tetap sayang banget sama Ganda. Ganda pun juga disayang sama Gio-Jess. Dia jadi dapat dua pasang orangtua. Keuntungannya adalah, Ganda dapat kasih sayang dobel, dan juga dapat uang jajan dobel. HEHE.
"Juga masalah uang jajan. Ganda mendapatkan jatah dua kali lebih banyak dibanding saudaranya yang lain, karena ada dua sumber pemasukan. Itulah salah satu sisi positif dari memiliki dua pasang orangtua, selama semua pihak murah hati dan tidak perhitungan."
Cerita Ganda-Nadya di sini enggak terlalu banyak, sih. Ya, maksud saya, bukan Ganda-Nadya yang mendominasi buku ini. Tapi menurut saya, porsinya pas. Ending-nya pun juga lucu dan enggak terkesan maksa, hehe.
"Kamu juga kan nanti enak jawabnya, kalau ditanya pacarnya siapa, mahasiswa Kedokteran. Kalau pacarannya dari dulu-dulu, jawabnya, 'ada, bocah satu sekolah'. Kan nggak keren."
((maaf ya, quotes-nya agak spoiler. Tapi enggak spoiler-spoiler banget, kok. Hehe.))
Saya sebenarnya menemukan typo di buku ini, tapi enggak apa-apa karena enggak mengurangi keseruan membaca cerita ini.
Terakhir, saya mau naruh kutipan-kutipan yang saya suka dari novel ini:
"Pertama-tama kalian harus memahami dulu apa tujuan kalian datang ke sekolah. Dulu sekolah itu dipandang sebagai tempat menimba ilmu. Tapi sekarang, lebih difungsikan sebagai lembaga pemberi nilai. Padahal, mencari nilai itu tidak sama dengan menimba ilmu."
--
"Tapi, selain dikasih nafsu, manusia juga dikasih akal. Itu yang bedain kita dari hewan. Hewan punya nafsu, tapi nggak punya akal. Jadi mereka ngelakuin 'itu' nggak pakai mikir."
--
"Laki-laki yang nggak bisa jaga kehormatannya dan pasangannya sebelum nikah itu murahan, bukan jagoan."
--
"Cewek. Aku punya cewek, banyak. Tapi nggak punya pacar." Reyhan menyeringai.
"Emang beda, ya?" tanya Ganda, bingung.
"Ya bedalah," Gio mengambil Sakha dari pangkuan Ganda. "Pacar itu buat diseriusin. Kalau cewek cuma dideketin, nggak pake status."
--
"Nila setitik memang bisa merusak susu sebelanga. Namun, jangan lupakan kalau dalamnya tetap susu."
Oke, oke, jadii... saya memutuskan buat kasih 5 dari 5 bintang buat Dorami karena saya benar-benar suka sama pesan moral di buku ini, hehe! : " ).
Aku juga suka banget loh An, novel ini. Paling sedih pas bagian alasan Ganda ninggalin rumah mama kandungnya terkuak. Terus Ganda juga kurang diterima sama keluarga Jess. Inget bagian dia lupa tutup kulkas sama ngasih es krim ke adiknya? Nyentuh😢
ReplyDeleteIyaa, sedih banget waktu lihat kelakuan orangtuanya Jess ke Ganda. Dan yaa... intinya sukaa dehh sama ceritanyaa! HEHE x D
DeleteAH INI BUKU BAGUS BANGET!
ReplyDeletebaper banget sampe nangis waktu baca versi wp n cetaknya
Iyaa : )
DeleteSalah satu novel wp FAVORITKUUU!
ReplyDeleteIyaa, memang bagus ceritanya :)
Delete