Judul: Closed Cakset (Peti Tertutup)
Penulis: Sophie Hannah
Penerjemah: Lulu Wijaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Blurb:“Apa yang hendak kusampaikan ini akan membuatmu kaget…”
Dengan ucapan itu, Lady Athelinda Playford––salah satu penulis buku anak-anak yang paling dicintai––membuat kaget pengacara yang dipercaya untuk mengurus surat wasiatnya. Ketika para tamu berdatangan ke pesta di rumah megahnya, Lady Playford memutuskan untuk mencoret kedua anaknya dari surat wasiat dan tidak mewariskan sepeser pun. Harta kekayaannya yang banyak itu diberikan kepada orang lain: orang invalid yang hidupnya tinggal beberapa minggu lagi.
Di antara tamu-tamu Lady Playford ada dua orang asing: Hercule Poirot, detektif Belgia yang terkenal itu, dan Inspektur Edward Catchpool dari Scotland Yard. Keduanya tidak tahu kenapa mereka diundang… sampai Poirot mulai bertanya-tanya apakah Lady Playford sedang menunggu terjadi pembunuhan. Tapi kenapa dia tampaknya begitu ingin memancing-mancing si pembunuh? Dan ketika hal itu benar-benar terjadi, walaupun Poirot sudah berusaha keras mencegahnya, kenapa identitas si korban terasa tidak masuk akal?
Closed Casket atau Peti Tertutup bercerita tentang Lady Athelinda Playford, novelis terkenal yang menulis buku detektif buat anak-anak--yang pada suatu hari mengundang:
1. Michael Gathercole, pengacara pribadinya,
2. Orville Rolfe, pengacara juga. Udah dipercaya sama keluarga Lady Playford bertahun-tahun. Rekan kerjanya Gathercole,
3. Edward Catchpool, polisi dari Scotland Yard (yang juga jadi narator cerita ini),
dan
4. Hercule Poirot, detektif Belgia yang udah terkenal banget,
"Di hadapan Poirot, mudah sekali merasa bahwa kau adalah manusia mengecewakan."
ke rumahnya di Clonakilty, County Cork, Irlandia. Di Lillieoak--kediamannya itu--udah ada beberapa penghuni. Mereka adalah:
2. Claudia Playford, anak perempuannya Lady Playford yang cantik dan pintar, tapi omongannya pedas banget. Dia enggak segan-segan ngomongin apa aja yang ada di pikirannya tentang orang lain dengan cara yang cukup kasar dan enggak sopan. Dan oh, dia juga tergila-gila sama tunangannya, Randall Kimpton.
"Claudia memiliki beberapa sifat yang pantas dikagumi. Dan tidak nyaman rasanya tinggal serumah dengan seseorang yang membenci saya. Sejak dulu saya percaya bahwa obat terbaik, kalau ada yang membenci kita, adalah bersikap ramah dan murah hati tanpa henti kepada mereka. Cara ini hampir selalu berhasil."
3. Randall Kimpton, seorang dokter yang mendahulukan fakta di atas segala-galanya. Kaya, cerdas, dan memesona, tapi lagaknya sombong banget. Angkuh, merasa paling benar dari yang lain. Pecinta karya-karya Shakespeare terutama King John.
Oh, ya, dia juga tergila-gila sama Claudia, sampai-sampai pernah nangis-nangis pas ditinggalin Claudia dan mohon-mohon buat diterima lagi gitu, deh.
"Claudia adalah versi diriku yang ingin kucemari dengan cara-cara nikmat yang biasanya. Apa yang lebih memuaskan dari itu?"
4. Joseph Scotcher, sekretaris pribadinya Athelinda Playford. Diceritakan sekarat karena penyakit ginjal Bright dan hidupnya enggak bakal lama lagi. Dia juga ramah banget dan selalu menyanjung orang-orang yang dia temui. Pokoknya, kalau ada orang yang ketemu sama Joseph ini, pasti bakal sayang banget.
5. Sophie Bourlet, perawatnya Joseph. Dan dia jatuh cinta sama si Joseph. Joseph pun juga tampaknya sama jatuh cintanya sama Sophie gitu, deh.
6. Harry Playford, anak laki-lakinya Lady Athelinda Playford. Hobinya ngumpulin kepala-kepala (hewan) dan dipajang di rumah. Tapi terlepas dari hobi anehnya itu, Harry cukup baik dan enggak aneh-aneh.
7. Dorro Playford, istrinya Harry. Paranoid abis dan suka nyerocoss mulu. Kalau udah nanya, enggak bisa berhenti. Gampang panik juga.
8. Brigid (Jurumasak yang galak) dan Phyllis (semacam asisten Jurumasak, jatuh cinta sama Joseph, tapi bertepuk sebelah tangan).
Nah, kurang lebih kayak gitu.
Kemudian, seperti yang bisa dibaca di blurb-nya, Lady Athelinda Playford memutuskan buat ganti surat wasiatnya. Surat wasiat yang tadinya berisi seluruh harta kekayaannya bakal dibagi sama rata buat Claudia dan Harry itu diganti, jadi seluruh harta kekayaannya buat Joseph Scotcher!
Tentu aja ini bikin kegemparan di keluarga itu. Dan buat orang luar kayak Catchpool dan Poirot, ini tambah aneh lagi. Mereka berdua enggak tahu kenapa mereka diundang ke situ dan tiba-tiba dihadapkan ke drama aneh kayak gitu.
"Aku tahu sekarang kenapa kita diundang ke sini, kau dan aku. Bukan untuk meramaikan suasana. Non, pas du tout (Tidak, sama sekali tidak). Kita di sini untuk menggunakan sel-sel kelabu kecil kita. Semua ini bagian dari rencana Lady Playford."
Sebenarnya, sebelum ketemu di Lillieoak, Catchpool dan Poirot udah kenal dan udah pernah menyelesaikan kasus bareng-bareng (walaupun enggak berakhir terlalu baik buat Catchpool). Jadi pas ketemu di sana, mereka udah enggak asing lagi dan bisa langsung akrab.
Pas mereka lagi bahas tentang kenapa mereka diundang ke situ, Poirot bilang kalau dia yakin Lady Playford pasti mikir bakal ada pembunuhan. Sayangnya, Poirot sekali pun enggak bisa nebak siapa yang bakal dibunuh, siapa yang bakal ngebunuh, dan apa motifnya, dll.
"Kalau ada orang yang bisa berbohong dan membuat seluruh dunia memercayainya, orang itu pastilah Athelinda Playford."
Nah.. malam habis Lady Playford ngumumin ke keluarganya dia ganti surat wasiat, terjadilah pembunuhan...
Cerita lengkapnya bisa dibaca sendiri yaa! Hehehe.
"Apa gunanya hidup bila tidak ada misteri yang perlu dipecahkan?"
Saya beli buku ini karena penasaran dan udah lama juga enggak baca cerita Hercule Poirot. Walaupun ini emang bukan tulisannya Agatha Christie, tapi yaa.. enggak ada salahnya nyoba, kan? Hehe.
Saya cukup menikmati baca buku ini. Menurut saya, alurnya pas, enggak terlalu cepat, tapi enggak terlalu lama juga. Apalagi, setelah pembunuhannya terjadi, saya makin enggak sabar buat terus baca sampai tahu siapa pembunuhnya! Haha.
Cukup kaget dengan plot twist yang ada di tengah buku, tapi untuk penyelesaiannya yah... walaupun enggak nebak, tapi bukan berarti akhirnya itu bikin saya kaget atau bengong sampai bermenit-menit.
Kayak..
Saya memang baru baca beberapa cerita Poirot dan saya enggak bisa bilang saya tahu segala-galanya tentang detektif Belgia itu, jadi saya enggak bisa bilang Poirot versi Sophie Hannah ini memuaskan atau enggak (walaupun ada beberapa review yang bilang enggak). Namun, terlepas dari apakah Poirot versi Sophie Hannah ini memuaskan atau enggak, saya emang enggak terlalu terpukau sama ceritanya hahaha.
Menurut opini pribadi saya, penyelesaiannya biasa-biasa aja karena ketika penjabaran akhir oleh Poirot, cuma ada beberapa momen yang bikin saya ngerasa kayak: "OH IYA, kenapa gue enggak nyadar yaa??" dan momen itu enggak terlalu banyak. Padahal, momen-momen kayak gini yang saya nantikan di akhir cerita-cerita detektif.
Nyatanya, di akhir penjabaran oleh Poirot itu, masih banyak detail-detail yang saya (dan pembaca) emang enggak tahu sebelumnya, dan si pembunuh juga ngakuin + ikut cerita, jadi ya.. penjabaran Poirot di akhir enggak begitu nendang padahal momen ini adalah salah satu momen yang paling menarik dari cerita detektif, menurut saya.
Tapi, saya suka dengan karakter-karakter di buku ini. Masing-masing ditonjolkan dengan berbeda-beda jadi membekas banget di ingatan.
Dan seperti yang saya singgung di atas, cerita ini cukup page-turning jadi saya bacanya enggak terlalu lama. Yay.
Oke, deh, jadi kesimpulannya, sebenarnya dari semua segi selain segi misterinya, buku ini bagus. Tapi karena poin utama dari cerita ini adalah misteri dan saya enggak begitu puas dengan akhir dari misteri tersebut, buku ini jadi masuk kategori 'biasa-biasa aja' hehe.
Ini ada beberapa kutipan yang saya suka dari buku ini:
--
--
--
--
--
--
--
--
Terakhir, 3.5 dari 5 bintang buat serial detektif anak-anak!
Saya cukup menikmati baca buku ini. Menurut saya, alurnya pas, enggak terlalu cepat, tapi enggak terlalu lama juga. Apalagi, setelah pembunuhannya terjadi, saya makin enggak sabar buat terus baca sampai tahu siapa pembunuhnya! Haha.
Cukup kaget dengan plot twist yang ada di tengah buku, tapi untuk penyelesaiannya yah... walaupun enggak nebak, tapi bukan berarti akhirnya itu bikin saya kaget atau bengong sampai bermenit-menit.
Kayak..
Saya memang baru baca beberapa cerita Poirot dan saya enggak bisa bilang saya tahu segala-galanya tentang detektif Belgia itu, jadi saya enggak bisa bilang Poirot versi Sophie Hannah ini memuaskan atau enggak (walaupun ada beberapa review yang bilang enggak). Namun, terlepas dari apakah Poirot versi Sophie Hannah ini memuaskan atau enggak, saya emang enggak terlalu terpukau sama ceritanya hahaha.
Menurut opini pribadi saya, penyelesaiannya biasa-biasa aja karena ketika penjabaran akhir oleh Poirot, cuma ada beberapa momen yang bikin saya ngerasa kayak: "OH IYA, kenapa gue enggak nyadar yaa??" dan momen itu enggak terlalu banyak. Padahal, momen-momen kayak gini yang saya nantikan di akhir cerita-cerita detektif.
Nyatanya, di akhir penjabaran oleh Poirot itu, masih banyak detail-detail yang saya (dan pembaca) emang enggak tahu sebelumnya, dan si pembunuh juga ngakuin + ikut cerita, jadi ya.. penjabaran Poirot di akhir enggak begitu nendang padahal momen ini adalah salah satu momen yang paling menarik dari cerita detektif, menurut saya.
"Aku senang caranya mengatakan, "Ingat...," seakan-akan ini sesuatu yang tadinya kuketahui."
Tapi, saya suka dengan karakter-karakter di buku ini. Masing-masing ditonjolkan dengan berbeda-beda jadi membekas banget di ingatan.
Dan seperti yang saya singgung di atas, cerita ini cukup page-turning jadi saya bacanya enggak terlalu lama. Yay.
Oke, deh, jadi kesimpulannya, sebenarnya dari semua segi selain segi misterinya, buku ini bagus. Tapi karena poin utama dari cerita ini adalah misteri dan saya enggak begitu puas dengan akhir dari misteri tersebut, buku ini jadi masuk kategori 'biasa-biasa aja' hehe.
Ini ada beberapa kutipan yang saya suka dari buku ini:
"Orang paling lemahlah yang harus berteriak paling keras, dan membuat orang lain menderita."
--
"Sifat manusialah yang monster, bukan satu pun orang di meja ini."
--
"Meskipun kemampuan manusia untuk memercayai bahwa apa yang mereka harapkan itu memang tak berbatas."
--
"Orang bisa berkeras bahwa kebenaran itu benar dengan cara yang membuat kebenaran itu tampak seperti kebohongan."
--
"Manusia adalah mesin-mesin kecil yang aneh, Edward. Jauh lebih aneh daripada apa pun juga di dunia ini."
--
"Semua orang tahu manusia selalu tertarik kepada orang yang berlawanan dengan mereka."
--
"Tindakan tanpa fondasi yang tepat akan menghasilkan bencana."
--
"Akal sehat adalah taktik paling licik bagi orang yang tidak memiliki akal sehat sendiri untuk digunakannya."
--
"Tatkala kejahatan bekerja dengan rapi, bahayanya sangat besar. Benar-benar besar."
Terakhir, 3.5 dari 5 bintang buat serial detektif anak-anak!
Entah kenapa, setiap bahas tentang serial detektifnya Lady Playford, selalu keinget sama serial Pasukan Mau Tahu ini hahaha. |
0 komentar:
Post a Comment