Judul: Kilovegram
Penulis: Mega Shofani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Blurb:Kata orang, Aruna itu sebenarnya cantik, tapi…. gendut.
Iya, Aruna tahu ia gemuk. Ia pun kenyang dan tidak mempan lagi diejek. Habisnya bagaimana? Ia paling sulit menolak makanan, apalagi yang enak. Masakan Mama, misalnya. Atau traktiran Raka, sahabatnya.
Tetapi sikap cuek Aruna mulai berubah setelah Nada, sepupunya yang cantik dan serbabisa, masuk ke SMA
yang sama dengannya. Bukan itu saja, Raka terangterangan memuja dan mendekati Nada sehingga membuat Aruna merasa tersisih dan minder. Apa yang harus ia lakukan agar bisa seperti Nada?
Aruna pun memutuskan mulai berdiet. Bagaimanapun caranya, ia harus langsing, langsing, langsing! Ia tidak
akan kalah dengan cewek-cewek lain di sekolah dan akan mendapatkan kembali perhatian Raka.
Kilovegram dimulai dengan cerita tentang kedekatan Aruna--si cewek dengan berat badan 90 kg dan tinggi 163 cm--dengan Raka, sahabatnya dari kecil.
Raka ini kalau di sekolah jadi kakak kelasnya Aruna (udah kelas XII waktu Aruna baru masuk kelas X), termasuk pengurus OSIS, dan ceritanya ganteng. Raka termasuk cowok yang disukai para cewek di sekolahnya.
Nah, suatu hari, sepupu Aruna--Nada--yang selama ini tinggal di Tasikmalaya, pindah ke rumah Aruna dan ke sekolah yang sama juga dengan Aruna karena satu dan lain hal. Sepupunya Aruna yang satu ini digambarkan cakep banget. Tinggi, langsing, multitalenta, baik, pokoknya yang baik-baik, deh.
Di sekolah, Nada satu kelas sama Aruna, terus, ke mana-mana sama Aruna juga, karena mereka kan emang udah kenal deket. Nah, karena Aruna dekat sama Raka, otomatis si Nada ini jadi dekat juga sama Raka.
Awalnya, Aruna biasa-biasa aja, tapi lama-lama, Raka nunjukkin tanda-tanda tertarik sama Nada, dan Nada pun senang-senang aja sama perhatian Raka. Aruna pun merasa tersingkirkan ketika Raka-Nada makin deket--dia merasa, keberadaan Nada bikin cewek itu jadi jauh sama sahabatnya sendiri.
Apalagi, ditambah dengan dia yang mulai merasa cemburu (dalam artian lebih dari teman) ke Raka, walaupun dia berusaha menyangkal, hahaha. Di sisi lain, Aruna juga harus menghadapi ejekan teman-temannya terhadap fisiknya yang gendut itu.
Karena dorongan-dorongan itulah, Aruna memutuskan untuk berdiet. Tapi karena enggak sabaran, cara yang Aruna ambil buat 'diet' itu salah. Salahnya kayak gimana?
Dan apakah Aruna bisa dapat teman baru setelah jauh dari Raka?
Apakah Raka juga punya perasaan yang sama dengan Aruna?
Bagaimana dengan Nada?
Dan apa kabar pertemanan Raka-Aruna?
Saya pertama kali tertarik baca buku ini karena ada teman saya yang nunjukkin kovernya. Dia bilang, mau baca buku ini dan dari blurb-nya kayaknya seru. Saya yang juga naksir kovernya pun jadi kepo sama buku ini dan memutuskan buat beli waktu lihat di toko buku.
Buku ini pun berhasil saya selesaikan kurang dari sehari, dan saya sukaa. Oke, saya akan ulas mulai dari karakternya dulu yaa.
Pertama, Aruna. Cewek ini tuh, polos-polos gimanaa gitu. Dia yang belum pernah pacaran, seumur-umur paling dekatnya cuma sama Raka, cemburu karena Raka malah lebih dekat sama Nada, dan diejek teman-temannya, bikin ini cewek ngambil jalan pintas dalam berdiet.
Masalahnya, udah pakai jalan pintas, enggak benar lagi ngambil jalannya haha. Pokoknya, ke-enggak-benaran si Aruna ini yang menyebabkan doi kemudian mengalami.. sesuatu.
Saya merasa, di satu dan lain hal, tokoh Aruna ini emang relateable banget sama remaja-remaja cewek zaman sekarang--yang rata-rata, emang suka berlebihan dalam hal pengin jadi cantik. Tapi yang enggak saya suka adalah lingkungannya Aruna.
Kayak, okelah, Aruna gendut. Tapi so what? Di lingkungan saya, ada kok anak-anak yang segendut itu tapi di sekolah yaa, enggak diapa-apain. Enggak ada yang ngejek tentang berat badannya, apalagi di depan orangnya langsung. Pakai bawa-bawa orangtua segala lagi. Ya ampun... saya miris aja bacanya. Kok kasihan banget ya si Aruna ini.
Udah gitu, kayak yang saya bilang tadi, Aruna ini polos banget. Ngira kalau dia bisa kurus (dalam waktu singkat) dia bisa dapet segala-galanya. Bacanya saya jadi greget gimanaa gitu wkwk. Saya maklum sih, tapi kadang, saya jadi agak kesel sendiri haha.
Namun, di samping sikap polos dan impulsifnya, semangat dan sikap pantang menyerahnya Aruna ini patut ditiru hehe.
Terus Raka. Saya merasa, sahabat Aruna yang satu ini pikirannya agak kurang dewasa. Maksudnya, ya, emang banyak sih, cowok yang enggak mau ngungkapin perasaannya karena takut enggak berbalas, dan itu wajar-wajar aja, menurut saya. Cuma tindakan yang dia ambil karena takut itu menurut saya ngeselin banget. Kayak malah nyakitin orang lain haha.
Tapi yaa, terlepas dari kelabilannya itu, saya cukup suka kok sama karakter Raka yang kalau udah sama Aruna jadi asyik banget hehe.
Terus ada Nada. Nada ini kayak too good to be true banget sih, menurut saya. Beruntung banget Aruna punya saudara yang baik kayak Nada. Enggak ada egois-egoisnya sama sekali, pikirannya juga dewasa, dan pokoknya baik, deh. Saya enggak tahu apakah spesies macam Nada ini masih ada di dunia atau enggak wkwkwk.
Hal-hal yang membuat saya kurang 'klik' sama buku ini bisa dibilang karena beberapa hal di atas (lingkungan Aruna, sikap Raka, dll), sama kehidupan SMA yang udah agak enggak relevan lagi.
Misalnya, MOS yang diceritakan di awal buku itu sekarang udah enggak seperti itu. Tapi saya bisa maklum sih, karena dari yang saya tangkap, cerita ini ditulis dengan latar SMA zaman dulu, apalagi SMA-nya juga masih pakai kurikulum lama (kelas X belum penjurusan IPA-IPS). Jadi yaa, okelah. Walaupun saya rasa, lebih baik kalau MOS-agak-perpeloncoan itu udah enggak ada lagi di novel-novel remaja sekarang.
Terlepas dari itu, saya suka novelnya. Alurnya cepat dan bahasanya ngalir, sehingga kayak yang saya bilang, cerita ini bisa saya habiskan dengan waktu kurang dari sehari. Walau kadang agak gemes juga melihat Aruna dan Raka yang selama kira-kira tiga per empat buku berusaha menyangkal perasaan mereka sendiri wkwk.
Dan oh, saya juga suka subkonflik Diana-Valen itu--menyegarkan, dan sekaligus memicu majunya konflik Raka-Aruna.
Hal yang saya suka lagi dari buku ini adalah tentu aja, pesan moral yang disampaikan. Gimana kita harus bisa melihat lebih dari fisik seseorang, arti persahabatan, menimbang-nimbang sesuatu sebelum melakukan, berani ngungkapin perasaan, cara diet sehat (haha) dan banyak dehh.
Saya juga salut sama proses perjalanan naskah Aruna ini yang pernah ditulis sama penulisnya di sini:
http://megasofunny.blogspot.com/2017/12/proses-panjang-di-balik-teenlit.html
Saya salut banget!
Ini ada beberapa kutipan dari buku Kilovegram yang saya suka:
--
--
--
--
Terakhir, 3,5 dari 5 bintang buat Aruna yang mungkin harus meniru kepercayaan diri Fat Amy dari Pitch Perfect yaa hahaha.
Raka ini kalau di sekolah jadi kakak kelasnya Aruna (udah kelas XII waktu Aruna baru masuk kelas X), termasuk pengurus OSIS, dan ceritanya ganteng. Raka termasuk cowok yang disukai para cewek di sekolahnya.
Nada tertawa geli milhat tingkah mereka. "Udah lama banget ya kalian bareng-bareng? Sejak kapan? SD?"
"Seumur-umur! Dari kecil sampai kita gede kayak sekarang ini, Nad. Kecil main bareng, sekolah juga di sekolah yang sama. Gue TK, Runa playgroup. Lalu SD, SMP, dan sekarang SMA. Sampe bosen gue ngelihat bentuk Aruna, buleeet nggak berubah-ubah," jawab Raka kemudian menyerobot tempe mendoan dari tangan Aruna.
Nah, suatu hari, sepupu Aruna--Nada--yang selama ini tinggal di Tasikmalaya, pindah ke rumah Aruna dan ke sekolah yang sama juga dengan Aruna karena satu dan lain hal. Sepupunya Aruna yang satu ini digambarkan cakep banget. Tinggi, langsing, multitalenta, baik, pokoknya yang baik-baik, deh.
Di sekolah, Nada satu kelas sama Aruna, terus, ke mana-mana sama Aruna juga, karena mereka kan emang udah kenal deket. Nah, karena Aruna dekat sama Raka, otomatis si Nada ini jadi dekat juga sama Raka.
Awalnya, Aruna biasa-biasa aja, tapi lama-lama, Raka nunjukkin tanda-tanda tertarik sama Nada, dan Nada pun senang-senang aja sama perhatian Raka. Aruna pun merasa tersingkirkan ketika Raka-Nada makin deket--dia merasa, keberadaan Nada bikin cewek itu jadi jauh sama sahabatnya sendiri.
Apalagi, ditambah dengan dia yang mulai merasa cemburu (dalam artian lebih dari teman) ke Raka, walaupun dia berusaha menyangkal, hahaha. Di sisi lain, Aruna juga harus menghadapi ejekan teman-temannya terhadap fisiknya yang gendut itu.
Karena dorongan-dorongan itulah, Aruna memutuskan untuk berdiet. Tapi karena enggak sabaran, cara yang Aruna ambil buat 'diet' itu salah. Salahnya kayak gimana?
Dan apakah Aruna bisa dapat teman baru setelah jauh dari Raka?
Apakah Raka juga punya perasaan yang sama dengan Aruna?
Bagaimana dengan Nada?
Dan apa kabar pertemanan Raka-Aruna?
Silakan baca bukunyaa! |
Saya pertama kali tertarik baca buku ini karena ada teman saya yang nunjukkin kovernya. Dia bilang, mau baca buku ini dan dari blurb-nya kayaknya seru. Saya yang juga naksir kovernya pun jadi kepo sama buku ini dan memutuskan buat beli waktu lihat di toko buku.
Buku ini pun berhasil saya selesaikan kurang dari sehari, dan saya sukaa. Oke, saya akan ulas mulai dari karakternya dulu yaa.
Pertama, Aruna. Cewek ini tuh, polos-polos gimanaa gitu. Dia yang belum pernah pacaran, seumur-umur paling dekatnya cuma sama Raka, cemburu karena Raka malah lebih dekat sama Nada, dan diejek teman-temannya, bikin ini cewek ngambil jalan pintas dalam berdiet.
Malam itu hati Aruna resah. Apa iya, orang butuh jatuh cinta? Tapi apa jatuh cinta itu hanya untuk mereka yang berparas ayu? Hmm, padahal tidak dimungkiri cewek seperti Aruna ingin juga merasakan jatuh cinta, apalagi usianya sudah menginjak remaja. Kan penasaran juga!
Masalahnya, udah pakai jalan pintas, enggak benar lagi ngambil jalannya haha. Pokoknya, ke-enggak-benaran si Aruna ini yang menyebabkan doi kemudian mengalami.. sesuatu.
Saya merasa, di satu dan lain hal, tokoh Aruna ini emang relateable banget sama remaja-remaja cewek zaman sekarang--yang rata-rata, emang suka berlebihan dalam hal pengin jadi cantik. Tapi yang enggak saya suka adalah lingkungannya Aruna.
Kayak, okelah, Aruna gendut. Tapi so what? Di lingkungan saya, ada kok anak-anak yang segendut itu tapi di sekolah yaa, enggak diapa-apain. Enggak ada yang ngejek tentang berat badannya, apalagi di depan orangnya langsung. Pakai bawa-bawa orangtua segala lagi. Ya ampun... saya miris aja bacanya. Kok kasihan banget ya si Aruna ini.
Udah gitu, kayak yang saya bilang tadi, Aruna ini polos banget. Ngira kalau dia bisa kurus (dalam waktu singkat) dia bisa dapet segala-galanya. Bacanya saya jadi greget gimanaa gitu wkwk. Saya maklum sih, tapi kadang, saya jadi agak kesel sendiri haha.
Ia sangat sensitif ditanyai hal seputar asmara, pasalnya belum ada cowok yang menatap Aruna tanpa mengolok-olok tubuhnya. Hal itu membuat Aruna beranggapan cewek tambun seperti dirinya mungkin memang belum pantas punya pacar sebelum ia langsing.
Namun, di samping sikap polos dan impulsifnya, semangat dan sikap pantang menyerahnya Aruna ini patut ditiru hehe.
Terus Raka. Saya merasa, sahabat Aruna yang satu ini pikirannya agak kurang dewasa. Maksudnya, ya, emang banyak sih, cowok yang enggak mau ngungkapin perasaannya karena takut enggak berbalas, dan itu wajar-wajar aja, menurut saya. Cuma tindakan yang dia ambil karena takut itu menurut saya ngeselin banget. Kayak malah nyakitin orang lain haha.
Tapi yaa, terlepas dari kelabilannya itu, saya cukup suka kok sama karakter Raka yang kalau udah sama Aruna jadi asyik banget hehe.
Terus ada Nada. Nada ini kayak too good to be true banget sih, menurut saya. Beruntung banget Aruna punya saudara yang baik kayak Nada. Enggak ada egois-egoisnya sama sekali, pikirannya juga dewasa, dan pokoknya baik, deh. Saya enggak tahu apakah spesies macam Nada ini masih ada di dunia atau enggak wkwkwk.
Hal-hal yang membuat saya kurang 'klik' sama buku ini bisa dibilang karena beberapa hal di atas (lingkungan Aruna, sikap Raka, dll), sama kehidupan SMA yang udah agak enggak relevan lagi.
Misalnya, MOS yang diceritakan di awal buku itu sekarang udah enggak seperti itu. Tapi saya bisa maklum sih, karena dari yang saya tangkap, cerita ini ditulis dengan latar SMA zaman dulu, apalagi SMA-nya juga masih pakai kurikulum lama (kelas X belum penjurusan IPA-IPS). Jadi yaa, okelah. Walaupun saya rasa, lebih baik kalau MOS-agak-perpeloncoan itu udah enggak ada lagi di novel-novel remaja sekarang.
Terlepas dari itu, saya suka novelnya. Alurnya cepat dan bahasanya ngalir, sehingga kayak yang saya bilang, cerita ini bisa saya habiskan dengan waktu kurang dari sehari. Walau kadang agak gemes juga melihat Aruna dan Raka yang selama kira-kira tiga per empat buku berusaha menyangkal perasaan mereka sendiri wkwk.
"Mm... gue sayang kok sama Aruna," jawab Raka gugup. "Ya seperti yang gue bilang, saking deketnya kami udah kayak kakak-beradik, dan itu jelas menumbuhkan rasa sayang untuk dia. Iya, begitu." Cowok itu tampak berusaha meyakinkan diri sendiri.
Dan oh, saya juga suka subkonflik Diana-Valen itu--menyegarkan, dan sekaligus memicu majunya konflik Raka-Aruna.
Hal yang saya suka lagi dari buku ini adalah tentu aja, pesan moral yang disampaikan. Gimana kita harus bisa melihat lebih dari fisik seseorang, arti persahabatan, menimbang-nimbang sesuatu sebelum melakukan, berani ngungkapin perasaan, cara diet sehat (haha) dan banyak dehh.
Saya juga salut sama proses perjalanan naskah Aruna ini yang pernah ditulis sama penulisnya di sini:
http://megasofunny.blogspot.com/2017/12/proses-panjang-di-balik-teenlit.html
Saya salut banget!
Ini ada beberapa kutipan dari buku Kilovegram yang saya suka:
"Dengan kedekatan dan kebiasaan semacam itu, semua hal yang nggak mungkin menurut lo bisa aja terjadi, Runa. Cinta itu soal perasaan. Siapa yang tahu sih, gimana hati Raka ataupun hati lo sendiri?"
--
"Apa lo nggak pengin, Raka setidaknya tahu isi hati lo? Percuma lo berubah dari Upik Abu jadi Cinderella kalau lo nggak membiarkan Raka tahu bahwa yang lo lakukan itu untuk dia, karena suka sama dia."
--
"Kalo lo mendapatkan sesuatu yang lo inginkan dengan cara instan, jangan kaget kalo semua akan lenyap dengan instan juga."
--
"Emang ada kata tekor ya, untuk orang yang disayang?"
--
Cinta memang bukan soal ukuran, bukan soal angka pada jarum timbangan, juga bukan soal wajah yang dipoles riasan. Cinta melibatkan lebih dari itu. Yaitu perasaan.
Terakhir, 3,5 dari 5 bintang buat Aruna yang mungkin harus meniru kepercayaan diri Fat Amy dari Pitch Perfect yaa hahaha.
Hahahahaha |
0 komentar:
Post a Comment